Minggu, 13 Januari 2013

teknik evaluasi ranah afektif


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif
Teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1.      Teknik non tes, terdiri dari: skala, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
2.      Teknik tes; Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu: tes diagnostik, formatif, sumatif.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat(dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu[3]. Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan evaluasi meliputi: perencanaan, pengumpulan data, persifikasi data, pengolahan data, penafsiran data. Analisis Butir-Butir Instrumen Evaluasi meliputi aktivitas menilai tes yang dibuat sendiri dan mengalisis butir-butir soal. Skala penilaian mencakup: Skala bebas, Skala 1 – 10, Skala 1- 100 dan Skala huruf yang sudah lazim: (A, B, C, D, E [ada yang sampai G).
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding(3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex.
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif
Tingkat
Contoh kegiatan pembelajaran
Penerimaan (Receiving)
Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
Ø  sering mendengarkan musik
Ø  senang membaca puisi
Ø  senang mengerjakan soal matematik
Ø  ingin menonton sesuatu
Ø  senang menyanyikan lagu
Responsi (Responding)
Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
Ø  Mentaati aturan
Ø  Mengerjakan tugas
Ø  Mengungkapkan perasaan
Ø  Menanggapi pendapat
Ø  Meminta maaf atas kesalahan
Ø  Mendamaikan orang yang bertengkar
Ø  Menunjukkan empati
Ø  Menulis puisi
Ø  Melakukan renungan
Ø  Melakukan introspeksi
Acuan Nilai
( Valuing)
Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
Ø  Mengapresiasi seni
Ø  Menghargai peran
Ø  Menunjukkan perhatian
Ø  Menunjukkan alasan
Ø  Mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
Ø  Menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
Ø  Menjelaskan alasan senang membaca novel
 Organisasi
Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana-mana
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
Ø  Rajin, tepat waktu
Ø  Berdisiplin diri  mandiri dalam bekerja secara independen
Ø  Objektif dalam memecahkan masalah
Ø  Mempertahankan pola hidup sehat
Ø  Menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan
Ø  Menyarankan pemecahan masalah HAM
Ø  Menilai kebiasaan konsumsi
Ø  Mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar- teman

B.       Ciri-Ciri Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif
Pertama, pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka.
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1.      Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
2.      Minat
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian serta keinginan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
Ø  Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
Ø  Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
Ø  Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
Ø  Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Ø  Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas, Mengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama,
Ø  Acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
Ø  Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
Ø  Bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
Ø  Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3.      Konsep Diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.
Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
Ø  Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
Ø  Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
Ø  Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
4.      Nilai
Merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
5.      Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.

Ranah afektif lain yang penting adalah:
v  Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
v  Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.
v  Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
v  Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.

C.       Pengembangan Teknik Evaluasi Ranah Afektif
Hingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit untuk digarap secara operasional. David Krathwohl beserta para koleganya yang adalah para pakar dengan reputasi akademik memadai pun mengeluh betapa sulit mengembangkan kawasan afektif.
Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Afek merupakan traits psikologik yang tidak dapat diamati secara langsung. Kita hanya dapat “memotretnya” melalui perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan. Kemunculan perilaku ini bisa menunjukkan 3 kecenderungan atau “arah”(Anderson, 1981): positif, netral, atau negatif.
Struktur ranah afektif sebagaimana dikembangkan Krathwohl et al (1964) cukup rumit. Artinya struktur afektif ini unsur-unsurnyacukup kompleks.
Tidak semua karakteristik afektif harus dievaluasi di sekolah. Beberapa karakteristik afektif yang perlu diperhatikan (diukur dan dinilai) terkait dengan mata pelajaran PAI di sekolah adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
Teknik pengukuran afektif dapat dilakukan dengan berbagai ragam misal: (1) skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan; (2) angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa); (3) swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri terhadap sesuatu); (4) wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi terkait dengan afek tertentu); (5) inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis.
Evaluasi efektif dapat berfungsi sebagai salah satu alat penjamin mutu pendidikan di sekolah sekaligus sebagai alat penjamin mutu guru. Penilaian afektif berguna antara lain untuk bahan pembinaan bagi siswa dalam usaha meningkatkan penguasaan kompetensinya dan masukan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran.
Pengembangan alat evaluasi atau instrumen afektif menuntut beberapa langkah:
1.      Membuat definisi konseptual, dalam hal ini kita perlu memahami konstrak (construct) teoretik;
2.      Membuat definisi operasional, di dalamnya kita menentukan domain atau indikator, serta menentukan objek psikologiknya, untuk kemudian dibuat kisi-kisi, serta membuat butir-butir pernyataan;
3.      Menentukan metode pengukuran atau penskalaan, untuk mengukur sikap misalnya ada 3 metode utama yaitu :judgment method, response method, kombinasi kedua metode yakni judgment and response methods;
4.      Analisis instrumen, hal ini dilakukan setelah kita melakukan ujicoba pengukuran, hasilnya kemudian dianalisis baik per butir maupun keseluruhan butir.

D.      Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1.      Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,  kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2.      Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon, merasa  puas  dalam merespon, mematuhi peraturan
3.      Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
4.      Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai

Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah
7
6
5
4
3
2
1
Saya senang balajar sejarah
Pelajaran sejarah bermanfaat
Pelajaran sejarah membosankan
Dst….

Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah
1.      Pelajaran sejarah bermanfaat
SS
S
TS
STS
2.      Pelajaran sejarah sulit
3.      Tidak semua harus belajar sejarah
4.      Sekolah saya menyenangkan

Keterangan:
SS        : Sangat setuju
S          : Setuju
TS        : Tidak setuju
STS     : Sangat tidak setuju

Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajar:_____________________________
No
Deskripsi
Ya/Tidak
1
Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain
2
Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca
3
Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya
4
Dst…………..


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1989). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Cetakan ke-V. Jakarta: Bina
Joesmana. (1988). Pengukuran dan evaluasi dalam pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Zuchdi, Darmiyati. (2000). Evaluasi belajar afektif.Yogyakarta.
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Azwar, Saifuddin. (1988). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.


[1] Purwanto. Ngalim, Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan,  Bandung: Remaja Rosda karya, 2004, hal.3
[2] Ibid. Hal.5
[3] Arikunto, Suharsimi. 1989). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Cetakan ke-V. Jakarta: Bina hal 177

1 komentar: